Catatan hari akhir kerayaan buku
Jujurnya. Setiap perkataan yang masuk setelah perkataan-perkataan kami selesai menjadi tulisan, tak ada apa-apa melainkan sebab untuk saya rasa aneh dan tak layak. Sokongan Tuhankah untuk cerita-cerita ini diketahui atau tuah anak-anak yang mengangkat rezeki, antaranya saya masih syukur. Saya bukan manusia yang tahu bersembunyi di belakang senyuman. Saya berekspresi menukilkan fikiran dan perasaan. Ralat dengan ketidakadilan atau hal yang tak jelas. Membiarkan orang membaca buku ini, sama saja saya biarkan orang meneroka fikiran dan perasaan saya - perempuan yang masih emosi dan masih belajar menuntun bijaksana mengawali perasaan. Anak-anak ini, merekalah antara guru yang mengajar kehidupan, di samping pasukan saya. Buku ini menurut saya tidaklah keras atau sukar mahupun membuat kita tiba-tiba bijak intelektual, buku ini cuma rakaman pengalaman-pengalaman, untuk kita memanjangkann fikiran, melihat hidup dari kacamata dan realiti jauh. Mungkin saja kita bilang tak apa-apa, ini buka